World Bank (2023) kembali merilis laporan Logistic Performance Index (LPI) tahun 2023 sebagai alat pembanding performa logistik di banyak negara. Berdasarkan laporan tersebut, performa logistik Indonesia di tahun 2023 ternyata mengalami penurunan menjadi peringkat 61 dari 139 negara yang semula di tahun 2018 tercatat di peringkat ke-45. Kondisi tersebut cukup kontras dibanding beberapa negara yang mengalami perbaikan performa yakni Filipina yang naik 17 peringkat (dari 60 ke 43), Malaysia yang naik 11 peringkat (dari 41 ke 30), India yang tercatat naik 6 peringkat (dari 44 ke 38), serta Singapura yang naik 6 peringkat (dari 7 ke 1).
Dari 6 indikator yang Menyusun LPI, terdapat 4 indikator yang mengalami penurunan nilai yaitu: logistic competence & quality of service (3,1 ke 2,9), turun sedikit dari posisi 54 menjadi peringkat 59 dunia. Tracking & Tracing (3,67 ke 3,0) dengan penurunan peringkat Internasional yang cukup tajam dari peringkat 41 menjadi peringkat 65, penurunan skor juga terjadi di indikator Timeliness (3,67 ke 3,3) dari peringkat internasional 39 ke 59, hingga penurunan skor International Shipment (3,23 ke 3,0) dari peringkat internasional 42 ke 57.
Sumber: World Bank (2023) diolah oleh SIRI
Sedangkan indikator custom, kita mencatat kenaikan dari skor 2,67 menjadi 2,8 berakibat mendongkrak posisi internasional kita hanya satu peringkat dari 62 menjadi 61. Performa yang paling apik di LPI bidang custom tahun ini ditunjukkan oleh Swiss. Kantor Federal Pabean & Perbatasan (2023) Swiss melakukan merintis program DaziT sejak tahun 2018 sebagai upaya digitalisasi sistem bea cukainya. Hal ini sejalan dengan laporan LPI World Bank (2018) dimana pemeriksaan fisik barang pabean sangat memperlambat clearance time. Sebagai gambaran, Indonesia tercatat menghabiskan waktu sebanyak tujuh hari dengan tingkat pemeriksaan fisik barang sebesar 8%. Waktu tersebut relatif tertinggal dibanding dengan Singapura dan Malaysia yang masing-masing mencatat clearance time selama 1 hari dengan tingkat pemeriksaan fisik barang sebesar 2%. Sedangkan Swiss dengan program di atas, berhasil mencatat clearance time 1 hari dengan tingkat pemeriksaan 3%.
Dari segi Indikator logistic competence & quality of service, Filipina dan Malaysia terlihat berhasil unggul dari Indonesia karena kedua negara tersebut serius dalam penyediaan pendidikan logistik dan pelatihan bagi beragam pelaku logistik secara massif. Kementerian Tenaga Kerja Filipina (2019), contohnya, menentukan 21 jenis pekerjaan logistik dengan 80% kebutuhan sehingga menyediakan berbagai pelatihan dan sertifikasi, sehingga di tahun 2021 pasar tenaga kerja logistik sudah memadai. Dilihat dari indikator infrastruktur LPI, Singapura dan India juga unggul dari Indonesia terutama akibat pengembangan yang signifikan dalam infrastruktur yang ditujukan untuk kegiatan logistic. Singapura, misalnya, memberlakukan kebijakan Otoritas Komunikasi dan Media (2020) dan mengimplementasikan Logistic Industry Digital Plan (LIDP) sejak tahun 2016 dimana Internet Of Things (IoT) digunakan sebagai integrasi digitalisasi rantai pasok bisnis dan dokumen dari hulu ke hilir serta tergabung dalam portal perdagangan nasional.
Berdasarkan pembahasan dan diskusi diatas, SIRI dapat menyimpulkan bahwa Performa Logistik Indonesia dari indikator logistic competence & quality of service, custom, dan infrastruktur relatif kalah saing dibanding Singapura, Malaysia, India dan Filipina. Hal tersebut terutama terjadi akibat Pendidikan formal dan non-formal bagi pelaku logistik di Indonesia relatif masih minim, masih kurang optimalnya sistem otomasi pemeriksaan barang bea cukai dan sistem digital dokumen & pembayaran bea cukai di Indonesia. Oleh karena itu, SIRI merekomendasikan bagi pemerintah untuk bekerja sama dengan pelaku usaha untuk menyusun roadmap tenaga kerja logistik nasional, yang ditindak lanjuti dengan pengembangan pendidikan formal logistik dengan mendirikan jurusan logistik di universitas negeri secara khusus setidaknya pada tingkat diploma/sarjana.
Adapun laporan mengenai perkembangan kondisi ekonomi global, Bank Sentral AS, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan pada Mei 2023 meskipun penurunan inflasi masih berlanjut. Pada Mei 2023, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, membawanya ke kisaran antara 5% hingga 5,25% dari semula 4,88% pada April 2023. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II/2023 diperkirakan mencapai 5 persen didukung oleh pertumbuhan konsumsi dan investasi yang kondusif meskipun capaian ini sedikit melambat di bulan Mei.
Sementara itu perkembangan ekonomi di tingkat nasional, inflasi IHK menurun pada Mei 2023 sejalan dengan normalisasi permintaan dan harga komoditas nasional dan global yang menurun terutama pasca Idul Fitri. Inflasi inti tercatat sebesar 0,06% (mtm) jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,25% (mtm). Bank Indonesia juga memutuskan untuk tetap mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 Juni 2023 sebagai upaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan.
Dari sisi laporan perkembangan industri logistik dan maritim global dan nasional, hingga April 2023, harga pengangkutan kontainer global masih terus mengalami penurunan secara bertahap hingga level 80 (-5,91% MoM dan -54,02% YoY) terhitung sejak Agustus’22, sedangkan volume pengangkutan kontainer global di April’23 mulai terlihat mengalami peningkatan hingga ke level 15.900.400 TEUs (+24,38% MoM dan +5,19% YoY) setelah sebelumnya terus mencatatkan tren penurunan sejak November’22 hingga Februari’23.
Harga pengangkutan komoditas batu bara dan curah kering juga kembali mencatatkan penurunan di Juni’23, diikuti dengan harga jual kapal curah kering yang juga mencatatkan penurunan. Pada Juni’23, harga pengangkutan komoditas batu bara, World Coal Freight Rate tercatat sebesar US$12,54/ton, kembali mengalami penurunan (-5,9% MoM), dari bulan sebelumnya yang sebesar US$13,28/ton. Sementara itu, harga bahan bakar kapal Juni’23, harga bahan bakar kapal Singapore VLSFO Bunker Price, tercatat di harga US$575/Mt (+1,23% MoM dan -47,67% YoY), yang kembali menunjukkan kenaikan harga secara bulanan.