Bagi calon eksportir, memahami penjelasan dan rincian detail biaya ekspor merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Perhitungan biaya ekspor dapat menjadi rumit jika kita belum memahami faktor-faktor yang memengaruhi biaya ekspor tersebut. Harga ekspor yang terlalu tinggi akan mempengaruhi importir dalam mengambil keputusan. Bahkan, ada kemungkinan proses penawaran yang terjadi akan membuat bisnis ekspor menjadi kurang menguntungkan.
Komponen Biaya Ekspor
Penetapan biaya ekspor yang tepat tentu dapat memudahkan eksportir dalam mendapatkan kontrak dari importir. Untuk menentukan harga produk ekspor, perlu adanya perhitungan biaya ekspor secara efektif. Berikut adalah rincian biaya-biaya yang mempengaruhi cara menghitung biaya ekspor suatu produk:
- Harga Pokok Produksi (HPP)
Cara yang paling penting untuk menghitung biaya ekspor suatu produk adalah dengan mengetahui Harga Pokok Produksi atau HPP. HPP dihitung berdasarkan biaya produksi ditambah dengan biaya operasional pabrik. Biaya produksi sendiri merupakan biaya yang dipakai selama produksi berlangsung. Misalnya bahan baku, bahan pendukung, dan upah pegawai. Sedangkan biaya operasional pabrik dapat meliputi biaya tak langsung, seperti oli mesin, listrik, minyak, gas, biaya perawatan mesin, dan peralatan.Cara perhitunggan biaya produksi perusahaan yang tidak memproduksi produknya sendiri tentu sangat berbeda. Bagi perusahaan yang hanya mengekspor dan tidak memproduksi, hal yang harus dipertimbangkan adalah biaya pembelian produk, pengiriman barang ke gudang, dan banyak lagi.
- Biaya Pengemasan Produk
Ketika akan melakukan ekspor sebuah produk, kualitas kemasan menjadi sama penting dengan kualitas produk itu sendiri. Hal tersebut juga semakin penting untuk dipertimbangkan saat menghitung biaya pengemasan agar tidak mengalami rugi. Biaya pengemasan dapat meliputi biaya pembelian kemasan, biaya pencetakan untuk label, biaya bahan, dan upah untuk karyawan yang mengemas produk Anda.
- Biaya Pembayaran Bank (Bank Charge)
Dalam transaksi ekspor, pembayaran yang biasa digunakan adalah T/T (Telegraphic Transfer), L/C (Letter of Credit), dan CAD (Cash Against Documents. Setiap metode pembayaran melalui bank ini tentu akan dikenakan biaya yang berbeda-beda. Metode T/T biasanya akan dikenakan biaya berkisar USD 5-10 per transfer. Sedangkan, untuk metode L/C dan CAD, biasanya dikenakan biaya berkisar USD 75-150 per transfer. Biaya dapat berubah tergantung pada negara asal dan jenis bank yang digunakan oleh eksportir dan importir.
- Biaya Transportasi
Biaya transportasi yang berlaku untuk pengiriman local dan internasional juga menjadi hal penting untuk dipertimbangkan. Agar jumlah total yang dihasilkan lebih akurat, setiap biaya yang dikeluarkan dalam setiap transaksi pelu dimasukkan dalam perhitungan biaya ekspor.
- Biaya Forwader
Ketika menggunakan layanan forwarder atau penghubung antara eksportir dan importir, perlu diingat bahwa perusahaan memainkan peran penting dalam memperlancar proses transaksi dengan membantu mengelola dokumen dari gudang ke pelabuhan dan dari pelabuhan ke pengiriman di negara importir.
- Biaya Terminal Handling Charge (THC)
THC merupakan biaya penanganan barang di Pelabuhan yang dihitung berdasarkan berat barang. Biaya ini hanya berlaku jika menggunakan full container.
- Biaya Pengurusan Dokumen Ekspor
Biaya ekspor dari barang mewah seperti perhiasan dapat menjadi tinggi karena dokumen yang diperlukan untuk bea cukai. Eksportir harus mempertimbangkan biaya dokumen seperti sertifikat dan lisensi, yang dapat bervariasi tergantung pada negara tujuan, serta kebijakan dan persyaratan setempat. Jenis produk yang diekspor juga dapat memengaruhi biaya dokumen.
- Biaya Bea Keluar
Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang mengenai kepabeanan yang dikenakan terhadap barang ekspor. Dalam hal biaya bea keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari harga ekspor.
Jenis jenis produk yang di bebankan:
– Kulit: 15 – 25% dari nilai invoice
– Kayu: 2 – 5% dari nilai invoice
– Biji kakao: 0 – 15% dari nilai invoice
– Kelapa Sawit (CPO dan turunannya): 0 – USD 245/MT
– Olahan mineral logam: 0 – 10% dari nilai invoiceJumlah bea biaya ekspor yang dibebankan pada ekspor tergantung pada pemrosesan barang. Semakin diolah produknya, maka semakin kecil bea yang dikenakan.
- Biaya Komisi Agen atau Broker
Beberapa eksportir menggunakan jasa agen atau broker sebagai pihak ketiga yang mengurus bisnis ekspor mereka ke luar negeri. Agen dan broker membantu eksportir menemukan pembeli potensial dan mencapai kesepakatan transaksi dengan mereka. Komisi yang dihasilkan pun beragam tergantung kesepakatan dengan eksportir. Umumnya berkisar 2-5% dari nilai ekspor produk yang terjual.
- Biaya Pengiriman
Tarif pengiriman juga harus dimasukkan ke dalam biaya ekspor. Biaya pengiriman ini beragam tergantung dengan jarak dan layanan yang digunakan.Beberapa cara dalam pengiriman barang ekspor:
– Courier: Produk ekspor dengan berat kisaran 1 kg. Biaya ekspor berkisar USD 50 – 100/kg
– Air cargo: Produk ekspor menggunakan pesawat dengan berat minimal 45 kg. Harganya berkisar USD 0.7 – 18/kg
– Sea cargo less container load (LCL): Untuk berat barang ekspor minimal 1 MT menggunakan kapal laut. Biaya ekspor berkisar Rp 500 – 5,000 per kg
– Sea cargo full container load (FCL): Pengiriman barang satu kontainer penuh oleh satu pengirim menggunakan kapal laut. Biaya ekspor berkisar Rp 450.000 – Rp 600.000 per kontainer
- Biaya Asuransi
Biaya asuransi meliputi asuransi pengiriman dan asuransi pembayaran. Namun, mayoritas transaksi ekspor yang dilakukan tidak menggunakan asuransi pengiriman. Biasanya, biaya asuransi berkisar dari 0,1-0,5% total harga Cost and Freight (CFR)
- Biaya Lainnya
Biaya lainnya dapat mencakup seperti biaya gudang. Jika kalian menyewa gudang, maka biaya sewa gudang harus dimasukkan ke dalam perhitungan biaya ekspor. Namun, jika memiliki gudang sendiri, maka biaya dihitung dari biaya penyusutan per bulannya. Jangan lupa juga untuk memasukkan biaya pemeliharaan gudang agar perhitungan biaya ekspor Anda lebih akurat.
Dalam konteks perdagangan internasional saat ini, ada beberapa pembaruan terkait regulasi dan kebijakan yang perlu diperhatikan oleh calon eksportir. Salah satunya adalah perubahan kebijakan perdagangan yang dapat mempengaruhi tarif dan biaya terkait ekspor.
Selain itu, adanya peningkatan fokus pada keberlanjutan dan standar lingkungan global membuat sertifikasi dan kepatuhan terhadap regulasi ramah lingkungan menjadi semakin penting. Eksportir juga harus mengikuti perkembangan teknologi dalam logistik dan manajemen rantai pasok, seperti penggunaan blockchain untuk meningkatkan transparansi dan keamanan transaksi.
Adaptasi terhadap perubahan-perubahan ini penting untuk memastikan proses ekspor berjalan lancar dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.